Kamis, 15 Oktober 2015

Kebudayaan Jawa Tengah

Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta  di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayah nya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi ini.

Suku

Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya.

 Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman Blora ( perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di Banten.

 

Bahasa

Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar. Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. 

Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu. Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di Kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.
Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah:
1.     dialek Pekalongan
2.     dialek Kedu
3.     dialek Bagelen
4.     dialek Semarang
5.     dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
6.     dialek Blora
7.     dialek Surakarta
8.     dialek Yogyakarta
9.     dialek Madiun
10.   dialek Banyumasan (Ngapak)
11.   dialek Tegal-Brebes

 

Agama

Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan. Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu , Budha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan, kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia.

Berikut ini adalah informasi lebih lanjut tentang kebudayaan daerah Jawa Tengah :
Musik Tradisional dan Alat Instrumennya
Kerajinan - Kerajinan Jawa Tengah

Kerajinan Khas Jawa Tengah

Jawa Tengah merupakan salah satu daerah Provinsi yang memiliki beragam kerajinan lokal yang cukup dikenal dikalangan wisatawan domestik hingga mancanegara. Ada banyak hasil produksi lokal yang cukup dikenal di kalangan dunia internasional.
Berikut merupakan kerajinan khas Jawa Tengah yang sangat diminati oleh wisatawan domestik dan mancanegara :

Batik

Asal usul batik berasal dari penggabungan dua kata bahasa Jawa, yaitu Amba yang memiliki arti “menulis” dan Titik. Konon, batik mulai dikembangkan di tanah Jawa sejak sebelum abad ke-17. Dan pada awalnya batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, bahkan beberapa corak batik hanya digunakan oleh kalangan tertentu saja, seperti kalangan bangsawan pada saat itu. Dengan sering waktu berjalan, kerajian batik di kawasan daerah pesisir terlihat corak yang menyerap berbagai pengaruh budaya asing, seperti pedagang atau penjajah.

Batik menjadi bagian dari tata busana masayrakat Jawa, baik batik formal maupun informal. Bila kita mengunjungi tempat wisata yang terdapat di Jawa Tengah, batik dapat dijumpai di hampir seluruh darah di Jawa Tengah. dengan kekhasan masing-masing.

Dan bila kita mengunjungi pusat penjualan batik yang berada di Jawa Tengah kita dapat mengunjungi Kota Pekalongan dan Kota Surakarta, yang menjadi  tempat wisata belanja kerajinan batik yang terkenal di Jawa Tengah.

Sekarang ini perkembangan batik khas Jawa Tengah dapat berkembang dan lebih inovasi. Bila kita melakukan perjalanan wisata di dataran tinggi Dieng, kita dapat menemukan sebuah kerajianan batik  yang dibuat di atas kayu. Dengan sebuah lukisan tokoh-tokoh pewayangan, motif batik melkat pada keajinan yang dibuat di atas sebuah kayu. 

Wayang

Kerajinan wayang yang terbuat dari kulit dan menonjolkan unsur artistik tingkat tinggi karena keterampilan para si pembuatnya akan menghasilkan sebuah produk kerajinan yang indah. Dalam membuat wayang, para pengrajin dituntut memiliki keterampilan untuk membuat perkamen untuk digunakan, keterampilan cetak atau gambar dan ketrampilan sepuh dengan banyaknya tingkat kerumitan yang harus mereka lalui dalam proses pembuatan wayang, dan yang paling utama adalah mereka harus mampu merinci sebauh bayangan yang akan dibuat, hal ini hanya diperuntukan bagi pengrajin wayang kulit.

Bila hasil pembuatan baik, maka memungkinkan cahaya yang didapat memantulkan obyek wayang yang dikehendaki. Bila kita ingin  melihat langsung para seniman pembuat wayang kulit, kita dapat datang di tempat wisata yang memiliki tempat pembuatan wayang khas Jawa Tengah, seperti Surakarta (Solo), Sukoharjo, Klaten(Tattah Sungging), Wonogiri, Sragen (wayang beber) dan Boyolali. Kawasan daerah tersebut juga menjadi tempat wisata belanja untuk kerajianan wayangg di Jawa Tengah.

Keris

Keris atau yang dikenal dengan sebuatan Tosan Aji, merupakan senjata tradisional bangsa Indonesia. Kehadiran keris dikenal sejak lama. Keindahan yang dimiliki dari masing-masing keris dapat dilihat dari ukiran yang dimilikinya. Banyak lokasi tempat pembuatan keris yang terdapat di daerah Provonsi Jawa Tengah.

Salah satu tempat wisata yang dapat kita kunjungi untuk tempat kerajinan pembuatan atau pun pemasaran keris Jawa Tengah, kita dapat mengunjungi tempat wisata belanja di daerah Yogya, Solo, dan sebagainya.

Kain Tenun Lurik

Lurik merupakan tenun tekstik yang dibuat dengan menggunakan alat tenun, bukan yang dibuat dari mesin. Kain tenun ini cocok untuk pakaian atasan, tempat tidur, sarung, ataupun selimut.

Kerajinan ini juga dapat sebagai hiasan rumah yang dapat tergantung di dinding. Kerajian kain tenun lurik dapat kita temukan di Desa Troso, yang dikenal sebagai “Lurik Troso” di Kabupaten Jepara dan daerah Pedan Kabupaten Klaten.


Pahat Batu

Tempat kerjinan pahat batu terletak di Jalan utama menuju Muntilan dari Borobudur atau Magelang, di tempat tersebut tersebut kita akan banyak menemukan para pengrajin pahat batu yang memproduksi patung-patung klasik, tokoh atau hewan, hiasan air mancur, ornamen hingga peralatan dapur seperti cobek. Sedangkan untuk kerajinan pahat batu akik dapat kita temukan di lokasi wisata Sangiran, Kabupaten Sragen.


Kerajinan Logam, Tembaga, Kuningan

Provinsi Jawa Tengah memproduksi aneka kerajinan logam, termasuk pengecoran besi, kuningan, tembaga dan perak.Industri kerajinan tembaga dan kuningan dapat ditemukan di desa Tumang -Boyolali, Juwana -Pati, Temanggunga dan Rembang. 

Para pengrajin tembaga menghasilkan produk lampu berdiri, vas, furnishing dan lainnya. Sedangkan untuk kerajinan gamelan dan keris terdapat di Desa Wirun -Sukoharjo.

Perabotan dan Pahat Kayu

Daerah Tahunan atau Desa Mulyoharjo di Kabupaten Jepara terkenal sebagai pusat perabotan dan ukiran kayu berkualitas yang sangat diminati hingga pasar luar negeri. Sedangkan untuk Kabupaten Blora dikenal dengan kawasan yang memiliki produksi kerajinan bubut kayu jati atau Gembot.

Kedua wilayah kabupaten ini kita dapat melihat langsung kerajianan khas yang memiliki nilai seni yang tinggi. Daerah-daerah tersebut sebagai tempat wisata belanja kerajinan perabotan dan pahat kayu di Jawa Tengah.


Kerajinan Keramik Khas Jawa Tengah

Pesat para pengrajian keramik yang memiliki hasil pembuatan keramik yang indah, kita dapat menemukan di daerah Kecamatan Klampok Kabupaten Banjarnegara, Desa Melika Kabupaten Klaten, dan Desa Malahayu Kabupaten Brebes.

Daerah-daerah tersebut memproduksi aneka guci, periuk dan hiasan rumah lainnya, dan menjadi pusat tempat wisata belanja kerajinan keramik di Jawa Tengah.

Musik Tradisional Jawa Tengah

Gamelan Jawa terbagi menjadi dua laras atau tuning yang berbeda yakni laras Slendro dan laras Pelog. Laras adalah susunan nada-nada dalam satu gembyangan (oktaf) yang sudah tertentu tinggi rendah dan tata intervalnya. Laras Slendro terdiri dari 5 nada, sedangkan Laras Pelog dibagi menjadi 7 deret nada. Gamelan disajikan sebagai iringan wayang atau sebagai sajian karawitan bebas, klenengan, atau konser gamelan.

Para penabuh gamelan disebut Niyogo, beberapa penyanyi wanita yang disebut Pesinden dan beberapa penyanyi pria yang disebut Wira Swara juga merupakan bagian dari suatu sajian gamelan untuk mengiiringi wayang atau klenengan. Dalam sajian karawitan tradisi, ricikan kendang berfungsi sebagai pengatur atau pengendali (pamurba) irama lagu/gending. Cepat lambatnya perjalanan dan perubahan ritme gending-gending tergantung pada pemain kendang yang disebut pengendang.

Nama Instrumen Gamelan dan Fungsinya

Rebab

Rebab

Rebab adalah instrumen (ricikan) gamelan yang bahan bakunya terdiri dari kayu, kawat (string), semacam kulit yang tipis untuk menutup lubang pada badan rebab (babat), bagian rebab atau badan rebab yang berfungsi sebagai resonator (bathokan), rambut ekornya kuda yang berfungsi sebagai alat gesek (kosok) namun untuk saat ini lazim menggunakan senar plastik, dan kain yang dibordir sebagai penutup bathokan.

Cara membunyikan rebab dengan cara digesek dengan alat yang disebut kosok. Dalam sajian karawitan rebab berfungsi sebagaiPamurba Yatmoko atau jiwa lagu, rebab juga sebagai pamurba lagu melalui garap melodi lagu dalam gending-gending, melaksanakan buka atau introduksi gending, senggrengan, danPathetan agar terbentuk suasana Pathet yang akan dibawakan. Rebab juga berfungsi untuk mengiringi vokal yang dibawakan oleh ki dalang. Utamanya pada lagu jenis Pathetan dan Sendhon.

KendangKendang

Kendang adalah instrumen gamelan yang bahan bakunya terbuat dari kayu dan kulit. Cara membunyikan kendang dengan cara dipukul dengan tangan (di-kebuk atau di-tepak). Ukuran kendang Jawatimuran yang dipakai dalam pedalangan terdiri dari 3 (tiga) jenis kendang. Yakni kendang Gedhe, kendang Penanggulan (tradisi Jawa Tengah dinamakan ketipung), dan kendang Gedhugan (tradisi Jawa Tengah dinamakan kendang ciblon atau sejenis).

Dalam sajian karawitan tradisi, ricikan kendang berfungsi sebagai pengatur atau pengendali (pamurba) irama lagu/gending. Cepat lambatnya perjalanan dan perubahan ritme gending-gending tergantung pada pemain kendang yang disebut pengendang. Hidup atau berkarakter dan tidaknya sebuah lagu atau gending itu tidak terlepas dari keterampilan serta kepiawaian seorang pengendang dalam memainkan ukel atau wiled kendangannya dalam mengatur laya atau tempo.

Mengingat begitu pentingnya perananricikan kendang dalam tata iringan karawitan, biasanya seorang dalang membawa pengendang sendiri dalam setiap pementasannya. Dengan membawa pengendang sendiri seorang dalang akan lebih mantap dalam menggelar pakelirannya. Para dalang menganggap kendang adalah bagian dari belahan jiwanya ketika ki dalang menggelar pakelirannya. Seorang pengendang bawaan dalang (gawan) biasanya sudah memahami dengan baik selera atau keinginan ki dalang. Ibarat pengemudi ia memahami betul bagaimana selera tuannya.

GenderGender

Gender merupakan bagian dari perangkatricikan gamelan yang bahan bakunya terbuat dari logam perunggu, kuningan dan/atau besi. Sedangkan bahan yang paling bagus adalah yang terbuat dari perunggu. Gender dari bahan perunggu selain tampilannya menarik, bunyinya juga lebih bagus karena bahan tersebut mampu menghasilkan suara yang nyaring dan jernih bila perbandingan campuran logamnya seimbang, yakni antara tembaga dengan timah putih.

Gender terdiri dari rangkaian bilah-bilah yang di sambung oleh tali yang disebut pluntur dan di topang oleh sanggan yang terbuat dari bahan logam, bambu, dan/ atau tanduk binatang (sungu) yang telah dibentuk sedemikian rupa sehingga terkesan serasi dan bagus. Untuk menghasilkan bunyi atau suara yang bagus dan tampilan indah, rangkaian bilah-bilah gender diletakkan di atas rancakan yang ditengah-tengah bagian bawahnya diberi bumbung (bahan dari bambu) dan atau logam (seng) yang berfungsi sebagai resonator.

Bentuk dan ukurannya diwujudkan sedemikian rupa berdasarkan besar kecilnya bilah dan ditambah dengan asesoris serta ukir-ukiran pada rancaknya. Jumlah ricikan gender yang ada dalam seperangkat gamelan ageng terdiri dari 2 (dua) set, yakni Gender Barung (Babok) dan Gender Penerus (Lanang). Adapun larasnya terdiri dari genderlaras Pelog yaitu Pelog barang dan Pelog nem (dua rancak) dan genderlaras Slendro (satu rancak).

Fungsi gender khususnya dalam tata iringan karawitan pakeliran gaya Jawatimuran adalah sebagaipanuntuning laras agar ki dalang tidak kehilangan ngeng (suasanalaras/nada dalam Pathet). Dan juga berfungsi sebagai pengiring sulukan dalang ketika sedang membawakan Sendhon, Pathetan,Bendhengan, maupun tembang. Di samping itu juga mempunyai peranan untuk membangun suasana kelir (adegan wayang yang sedang berlangsung), ketika mengiringi janturan atau pocapanmelalui gadhingan yang di minta oleh dalang.

Dalam tata iringanpakeliran gaya Jawatimuran peranan ricikan gender lanang atau gender penerus sangat penting, karena berfungsi sebagai penuntun atau membimbing laras dalang dalam membawakan sulukan dan melakukan buka atau introduksi pada sajian gadhingan yang dikehendaki oleh dalang melalui sasmita tertentu, biasanya dengandhodhogan mbanyu tumetes.


Bonang

Bonang

Bonang merupakan bagian perangkatricikan gamelan yang berbentuk pencon yang ukurannya lebih kecil dari kenong. Bahan bakunya bisa perunggu, kuningan, dan besi. Dalam pengelompokanricikan gamelan, bonang termasuk dalam ricikan garap ngajeng, selain ricikan gender, rebab, dan kendang. 

Ricikan Bonang pada sajian karawitan utamanya untuk menyajikan gending-gending Bonangan atau Soran, dalam tabuhan tradisi karawitan Jawatimuran adalah penyajian gending-gending Giro dan Gagahan, serta juga berfungsi sebagai instrumen pembuka atau introduksi gending. 

Di dalam seperangkat gamelan jumlah boning ada 2 set yakni satu set bonang berlaras Slendro terdiri dari boning barung (babok) dan bonang penerus dengan jumlah pencon kurang lebih 12 bilah. Sedangkan laras Pelog dalam satu set terdiri dari boning barung dan bonang penerus, dengan jumlah 14 bilah pencon. Adapun teknik memainkan atau menabuh bonang dengan cara dipukul dengan alat pemukul khusus bonang. 

Teknik tabuhan terdiri dari (a) Gembyang yaitu cara memukul dua nada bonang yang sama secara bersama dengan jarak satu gembyang (oktaf). Contoh nada 6 atas dengan 6 bawah ditabuh secara bersama-sama. (b) Mipil yaitu teknik memukul nada bonang dengan cara satu persatu secara bergantian. Contoh 1 2 1 2 3 2 3 2 ditabuh secara bergantian antara tangan kiri dengan kanan. (c) Kempyung yaitu teknik memukul dua nada bonang yang berbeda dengan jarak 2 nada secara bersama. Contoh nada 5 dengan 1, nada 6 dengan 2 ditabuh secara bersama-sama. (d) Pancer yaitu teknik memukul satu nada boning lebih dari sekali secara terus menerus. Contoh 1 1 1 - 3 3 3 – dan seterusnya.

Slentem

Slentem

Slentem adalah bagian ricikangamelan yang berbentuk bilah seperti gender, namun ukurannya lebih besar yaitu panjang dan lebarnya. Jumlah slentem dalam satu perangkat gamelan ada 2 rancak yakni slentem laras Slendro dan slentem laras Pelog.

Teknik tabuhan ricikan slentem dalam tata iringan karawitan terdiri dari mbalung, gemakan, paparan, danpinjalan. Khusus teknik tabuhan slentem yang dinamakan gemakan dan paparan adalah yang ada pada sajian karawitan gaya Jawatimuran. Dalam tata sajian karawitan slentem berfungsi sebagai pamangku lagu.


Demung

Demung

Demung merupakan bagian ricikangamelan berbentuk bilah seperti saron tetapi ukurannya lebih besar, berfungsi sebagai pamangku lagu dalam sajian karawitan dan juga untuk tabuhan balungan gending. 

Dalam satu set gamelan jumlah demung minimal ada 2 rancak yakni demung laras Slendro dan demung laras Pelog. Dewasa ini dalam satu perangkat gamelan ageng jumlah instrument demung sering lebih dari satu set. Penambahan jumlah perangkat ini bertujuan ganda yaitu untuk membuat suasana tabuhan lebih ramai atau regeng, sehingga tujuan yang ingin di capai dalam penataan iringan bisa terwujud. Pada sisi yang lain, penambahan jumlah instrumen juga untuk menampilkan kesan kolosal atau semarak, sehingga semakin menarik penonton.


Saron

Saron

Saron merupakan bagian ricikan gamelan berbentuk bilah dengan ukuran lebih kecil dari pada demung. Untuk iringan pakeliran wayang kulit Jawatimuran, minimal terdiri dari 2 set saron Slendro dan 2 set saron Pelog. Jumlah bilah saron Slendro untuk wayangan Jawatimuran ada 9 bilah, dengan urutan bilah nada di mulai dari nada 6 (nem) rendah atau ageng sampai dengan nada 3 (lu) tinggi atau alit.

Dalam pedalangan Jawatimuran peranan saron sangat dominan, karena saron sebagai pembuat lagu atau melodi, terutama untuk bentuk gending-gending Ayak, Gedog Rancak, Krucilan, dan Gemblak/Alap-alapan. Posisi keberadaan saron di lihat dari aspek fungsinya dalam iringan pedalangan Jawatimuran bisa dikategorikan dalam kelompok kricikan garap, karena ricikan saron memiliki berbagai macam cengkok sekaran atau kembangan sesuai dengan Pathetnya. dan sebagai tanda (tengara) bahwa tabuhan akan berganti Pathet, misalnya di dalam wayangan semalam suntuk ketika suasana Pathet Wolu akan berubah ke Pathet Sanga, maka kembangan atau cengkok saronan gending ayak Wolu menggunakan pancer 3 (lu). Adapun teknik tabuhannya meliputi teknik tabuhan mbalung, imbal, dan kinthilan yaitu khusus teknik tabuhan gaya Jawatimuran.

Saron Penerus (Peking)

Saron penerus atau peking merupakan bagian ricikan gamelan berbentuk bilah yang ukurannya lebih kecil dari pada ricikan saron. Dalam sajian karawitan bebas atau klenengan atau iringan pakelirankhususnya gaya Jawatimuran saron penerus atau peking berfungsi sebagai timbangan, artinya mengimbangi bonang penerus dalam membuat melodi lagu, sehingga pengrawit menyebut teknik tabuhan saron penerus dengan sebutan teknik tabuhan timbangan.



Kethuk dan Kenong

Kethuk
Kethuk

Kenong
Kenong












Ketuk dan kenong merupakan bagian ricikangamelan berbentuk pencon. Dalam sajian karawitan bebas atau klenengan maupun karawitan iringan, kenong dan ketuk berfungsi sebagai ricikanpamangku irama. Teknik memainkan ketuk dan kenong dengan cara dipukul dengan alat pemukul yang disebut tabuh. 

Adapun teknik tabuhannya meliputi teknik tabuhan nitir, yaitu teknik tabuhan kenong yang dalam satu sabetan balungan terdapat dua pukulan (thuthukan) atau pukulan dua kali, misalnya tabuhan kenong pada gending sampak, teknik tabuhan ngedhongi, plesetan, dan teknik kenong goyang.

Kempul dan Gong

Gong
Gong
Kempul
Kempul














Gong merupakan bagian ricikangamelan berbentuk pencon. Rangkain instrumen gong terdiri dari kempul, gong suwukan, gong berlaras Barang, dan gong besar (ageng) yang ditata padagayor yaitu tempat untuk menggantung kempul dan gong. Dalam sajian karawitan bebas dan iringan, gong berfungsi sebagai pamangku irama selain instrumen ketuk dan kenong.

Sedangkan dalam iringan pedalangan gaya Jawatimuran berfungsi sebagai pemberi aksen yaitu tekanan berat dalam tabuhan khususnya adegan perang, terutama pada gending-gending Ayak, Krucilan, Alap-alapan atau Gemblak, dan Gedog Rancak.


Gambang

Gambang
Gambang merupakan bagian ricikan gamelan yang terbuat dari bahan kayu berbentuk rangkaian atau deretan bilah-bilah nada yang berjumlah dua puluh bilah.

Cara membunyikan gambang adalah dipukul dengan tabuh khusus gambang. Fungsi gambang dalam sajian karawitan sebagaipangrengga lagu. Dalam satu perangkat gamelan biasanya terdiri dari dua set gambang dalam laras Pelog dan Slendro.

Siter

Siter

Siter merupakan bagian ricikan gamelan yang sumber bunyinya adalahstring (kawat) yang teknik menabuhnya dengan cara di petik. Jenis instrumen ini di lihat dari bentuk dan warna bunyinya ada tiga macam, yaitu siter, siter penerus (ukurannya lebih kecil dari pada siter), dan clempung (ukurannya lebih besar dari pada siter).

Dalam sajian karawitan klenengan atau konser dan iringan wayang fungsi siter sebagai pangrengga lagu.


Suling

Suling

Jenis instrumen gamelan lainnya yang juga berfungsi sebagai pangrengga lagu adalah suling. Instrumen ini terbuat dari bambu wuluh atau paralon yang diberi lubang sebagai penentu nada atau laras. Pada salah satu ujungnya yaitu bagian yang di tiup yang melekat di bibir diberi lapisan tutup dinamakanjamangan yang berfungsi untuk mengalirkan udara sehingga menimbulkan getaran udara yang menimbulkan bunyi atau suara

Adapun teknik membunyikannya dengan cara di tiup. Di dalam tradisi karawitan, suling ada dua jenis, yaitu bentuk suling yang berlaras Slendro memiliki lubang empat yang hampir sama jaraknya, sedangkan yang berlaras Pelog dengan lubang lima dengan jarak yang berbeda. Ada pula suling dengan lubang berjumlah enam yang bisa digunakan untuk laras Pelog dan Slendro. Untuk suling laras Slendrodalam karawitan Jawatimuran apabila empat lubang di tutup semua dan di tiup dengan tekanan sedang nada yang dihasilkan adalah laraslu (3), sedangkan pada karawitan Jawatengahan lazim dengan larasro (2).